Golkar

Golkar

Selasa, 30 Agustus 2016

Program Desa Berdikari, Membangun Kemandirian Desa

Desa Berdikari, Membangun Kemandirian Desa


Kalau kamu berkunjung ke Jawa Tengah, mungkin kamu sudah kenal kota Semarang, kota Purwokerto, apalagi kota Solo. Tapi, apa kamu kenal Desa Wanurejo di Magelang? Atau apakah kamu kenal desa Campurejo di Temanggung?



Foto : Desa Campurejo, Temanggung


Desa Wanurejo adalah salah satu desa wisata di Borobudur, Kabupaten Magelang yang memiliki konsep bahwa masyarakat desa bersama pengelola Borobudur dan pemerintah daerah, gotong-royong mempromosikan wisata Candi Borobudur dan desa wisata disekeliling Borobudur untuk memikat wisatawan baik turis lokal maupun asing untuk dapat menikmati keindahan pariwisata disana

.Funbike mengelilingi desa, ataupun membuat anyaman bersama masyarakat desa menjadi salah satu daya tarik desa wisata ini.

Sedangkan desa Campurejo di Temanggung, adalah salah satu desa tembakau yang masyarakatnya mampu mengakses internet secara gratis untuk mendapatkan informasi. Baca: http://jateng.tribunnews.com/2015/01/23/petani-tembakau-di-pelosok-temanggung-sudah-punya-website

Desa Campurejo di Temanggung diresmikan oleh Gubernur Ganjar Pranowo sebagai desa cyber pertama di Jawa Tengah. Sehingga masyarakat desa mampu mengakses internet dan mencari informasi terkait kebutuhan-kebutuhan petani tembakau di desa tersebut untuk kemajuan desa.

Mimpi Gubernur Ganjar Pranowo di Jawa Tengah adalah menjadikan dua contoh desa-desa diatas menjadi desa berdikari seantero desa-desa di Jawa Tengah, khususnya mampu secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan dasar, baik pangan dan energi. Menurutnya, rintisan model desa berdikari dibangun dengan konsep kawasan bukan hanya desa sebagai wilayah administratif, tetapi lebih didasarkan pada potensi yang dimiliki serta inter-relasi antar desa. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah kita tidak memulai dari nol, melainkan starting from the end. Desa kita sudah ada, bukan tidak ada. Pemetaan potensi sudah dilakukan, selanjutnya potensi yang ada inilah perlu terus difasilitasi untuk dikembangkan.


Gambar : Infografis Desa Berdikari


Program konkret yang telah dilakukan di provinsi Jawa Tengah adalah memberikan dana bantuan desa sebesar 40 juta rupiah untuk desa maju, 60 juta rupiah untuk desa sedang dan 100 juta rupiah untuk desa tertinggal.

Program Rembugan untuk Membangun Jawa Tengah

Program Rembugan untuk Membangun Jawa Tengah



Gambar : Infografis Musrenbang


Masyarakat perlu berpartisipasi dalam proses pembangunan di jawa tengah. Musrembang menjadi pilar dimana pembangunan itu menjadi wadah untuk berdiskusi. Karena para pemimpinnya perlu untuk mendengarkan aspirasi rakyatnya.

Jawa tengah menggencarkan program Rembugan untuk menentukan program-program yang betul-betul dikehendaki oleh masyarakat baik melalui SKPD, anggota DPRD, kelompok masyarakat hingga para Bupati/Walikota yang menginginkan bantuan Provinsi, baik berupa dana Hibah, Bansos maupun Bantuan Keuangan.



Diagram : Alur RPJD 




Diagram : Tahapan Musrenbang




Diagram : Tahapan Rembug RW


Bagi Ganjar Pranowo, rembugan itu adalah budaya bangsa Indonesia yang harus kita jaga. Musyawarah untuk menentukan arah pembangunan Jawa tengah dirasa perlu menjadi budaya yang dihidupkan kembali. Untuk itu, melalui program-program konkret seperti Musrembang Desa, Musrembang Wilayah hingga Musrembang Provinsi. Perlu dikawal dan diawasi oleh seluruh elemen masyarakat, agar apa yang menjadi aspirasi rakyat akan terkabul didalam proses-proses teknokratis yang juga demokratis.

Kartu Tani, Tutup Penyimpangan Pupuk Bersubsidi

Kartu Tani, Tutup Penyimpangan Pupuk Bersubsidi



Gambar : Infografis Kartu Tani


Keberadaan kartu petani sangat penting, mengingat latar belakang demografi Jawa Tengah yang mayoritas atau 65% penduduknya tinggal di perdesaan sebagai petani, termasuk buruh tani. Sebanyak 14,56% penduduk miskin di Jawa Tengah, mayoritas juga berasal dari lingkungan petani. Sayangnya, para petani selalu menemui kendala kelangkaan pupuk bersubsidi saat masa pemupukan. Setelah dilakukan analisis, ternyata masalahnya adalah pendistribusian barang bersubsidi yang dijual terbuka, sehingga banyak terjadi penyimpangan. Karenanya perlu perubahan sistem agar pendistribusian pupuk bersubsidi dilakukan tertutup, dengan menggunakan kartu tani.

Kartu tani yang sudah dibagikan tersebut digunakan sebagai alat penebusan dan pembayaran pupuk bersubsidi bagi petani di Provinsi Jawa Tengah. Di samping itu juga dapat mewujudkan distribusi pupuk bersubsi disesuai dengan asas "enam tepat" (tepat jumlah, jenis, waktu, tempat, mutu, dan harga), serta pemberian layanan perbankan bagi petani. Dengan begitu, distribusi pupuk bersubsidi dapat benar-benar diterima petani yang berhak. Setiap anggota/ petani hanya akan menerima jatah alokasi sesuai dengan yang tercantum dalam sistem. Dengan demikian penyimpangan pupuk bersubsidi yang selama ini terjadi di beberapa daerah dapat diminimalisasi/ dihindari. Dan kebutuhan pupuk bagi para petani yang berhak menerima akan lebih terjamin. Pada akhirnya maka target produksi yang telah ditetapkan akan dapat diwujudkan, dan petani pun semakin sejahtera.

Inilah Gunanya Punya Kartu Tani


Inilah Gunanya Punya Kartu Tani





Pemerintah meluncurkan kartu tani suntuk integrasi data pertanian. Kartu Tani yang akan mengintegrasikan data sektor pertanian mulai dari tanam, pemeliharaan, pasca panen, dan pembiayaan. Sebagai tahap awal kartu ini diluncurkan untuk komoditas tebu terlebih dahulu.

Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan dengan kartu tersebut para petani akan mendapatkan banyak kemudahan. Di antaranya memperoleh kepastian ketersediaan sarana produksi pertanian (saprotan) bersubsidi/non-subsidi, termasuk distribusi pupuk. Kemudian, mendapatkan kemudahan akses pembiayaan bank BUMN melalui skema kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga terjangkau, dan difasilitasi kemudahan sertifikasi tanah melalui skema Prona dari Badan Pertanahan Nasional (BPN). Selain itu, bisa mendapatkan kemudahan subsidi dari program-program yang dijalankan Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi dan UKM, serta Kementerian Sosial.

Selain itu, para petani yang telah memegang Kartu Tani mendapat kemudahan penjualan hasil panen oleh Bulog tanpa perantara, dan juga kemudahan penerimaan pembayaran hasil panen dari off taker. Rini menambahkan, Kartu Tani juga bertujuan untuk mengedukasi petani tentang pentingnya melek keuangan karena terintegrasi dengan perbankan. Dengan demikian, di kalangan petani diharapkan bisa tumbuh budaya menabung dan tidak konsumtif setelah menerima pembayaran hasil komoditas.

Menurut Menteri BUMN, para petani juga diedukasi tentang pentingnya asuransi, termasuk untuk menjamin pendidikan buah hatinya. Artinya, Kartu Tani ini juga sekaligus upaya mendorong terwujudnya inklusivitas sektor keuangan karena memperbesar aksesibilitas publik terhadap produk keuangan.

Bagi pemerintah, Kartu Tani menjadi data base petani yang akurat dan terintegrasi. Pemerintah mengetahui secara detil luas lahan pertanian hingga per petak, waktu panen, kinerja petani, dan berbagai hal teknis lainnya. Menurut Rini, hal ini memudahkan pemerintah untuk menyusun program kebijakan, subsidi, dan bantuan yang lebih tepat sasaran. Misalnya, menyusun manajemen stok pupuk yang lebih rapi sesuai pendataan petani. 

Menurut Menteri BUMN, pemerintah ingin membangun sistem yang kredibel dan akuntabel. Tidak bisa lagi subsidi jatuh kepada orang yang tidak berhak. Itu semua berangkat dari Kartu Tani ini.

Saat ini sedang disiapkan untuk petani di daerah lainnya dan tidak terbatas pada komoditas tebu saja namun juga komoditas pangan lainnya. Pemerintah sudah melakukan pendataan terhadap petani bawang merah untuk program penjualan bibit. Sementara itu, untuk petani padi ke depannya diharapkan ada dukungan pemerintah daerah untuk melakukan pendataan.

Kegiatan soft launching Kartu Tani ini merupakan buah dari sinergi antara PTPN dan bank BUMN. Dengan menyatukan sistem yang ada di antara dua entitas bisnis tersebut. 

Selama beberapa bulan, PTPN dan bank BUMN bersama-sama mengintegrasikan sistem untuk kepentingan petani. Ini membuktikan bahwa BUMN selalu siap bersinergi untuk menciptakan nilai tambah optimal bagi para pemangku kepentingan, khususnya masyarakat. 

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih via http://www.republika.co.id/


Sabtu, 27 Agustus 2016

BPBD Wonogiri Grebek Kecamatan Selogiri

BPBD Wonogiri Grebek Kecamatan Selogiri


Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, beberapa hari ini aktif melakukan kegiatan-kegiatan pemberdayaan dan pelayanan masyarakat di wilayah Kabupaten Wonogiri. Khusus di kecamatan Selogiri. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, menyelenggarakan  aksi resik-resik Sungai Krisak tersebut diikuti sekitar 300 orang. Mereka terdiri atas personel BPBD, TNI, Polri, relawan Forum Peduli Pengurangan Bencana, dan masyarakat sekitar aliran sungai Krisak Panjang sungai yang dibersihkan sekitar 1,5 kilometer. 


Foto :  Kegiatan membantu rehab rumah warga miskin di Ds Kepatihan Selogiri. Foto BPBD Wonogiri


Selain melakukan kegiatan resik-resik sungai, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, juga serta membantu rehab rumah warga miskin di Ds Kepatihan Selogiri.



Foto : Kegiatan resik-resik Sungai Krisak tersebut diikuti sekitar 300 orang terdiri atas personel BPBD, TNI, Polri, relawan Forum Peduli Pengurangan Bencana, dan masyarakat sekitar sungai. Foto BPBD Wonogiri


Aspirasi sejumlah warga Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri adalah meminta pemerintah untuk menormalisasi dan merevitalisasi Sungai Krisak yang mengalir di desanya. Hal ini mengingat sedimentasi di sungai Krisak sudah sangat parah sehingga terjadi pendangkalan. Dua tahun yang lalu desa Singodutan pernah dilanda banjir karena limpasan air sungai Krisak tersebut. Kondisi saat ini pada beberapa ruas Sungai Krisak tidak dilengkapi dengan tanggul atau talut. Akibatnya, aliran sungai menjadi rawan melimpas dan membanjiri permukiman. 

Melalui kegiatan resik-resik sungai yang dilaksanakan BPBD tersebut diharapkan dapat menyadarkan masyarakat agar tidak seenaknya membuang sampah ke sungai, menjaga kebersihan lingkungan bantara dan aliran sungai.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri pernah mengusulkan revitalisasi dan normalisasi sungai, tapi sampai saat ini belum direalisasi oleh pemerintah daerah. Kegiatan resik-resik sungai  yang dilakukan sebagai upaya mengurangi risiko bencana banjir dimana kondisi saat ini masih didapati sistem pengelolaan sungai yang tidak mengikuti kaidah penanggulangan bencana. Antara lain menjadi tempat pembuangan sampah dan banyak tanaman yang menghambat aliran air, seperti rumpun-rumpun bambu.

Kegiatan ini diharapkan juga mampu merangsang terbentuknya komunitas sungai yang mampu bersama masyarakat dan pemerintah daerah memberi edukasi tentang manfaat dan fungsi sungai. Sungai tidak hanya sebagai aliran air, tapi juga menjaga ekosistem ikan atau pariwisata sehingga menambah pendapatan masyarakat.

Jumat, 26 Agustus 2016


Gadis Disabilitas dari Wonogiri yang Multitalenta ini Mewakili Jawa Tengah di Festival Tingkat Nasional



Foto : Alvi Rohmawati saat berlatih tari Seni Alit di Sanggar Tari Sahwahita, Selogiri (dok.timlo.net/tarmuji)


Alvi Rohmawati, pelajar kelas XI SLBN Purwantoro ini, adalah gadis yang memilik multi talenta dan merupakan penyandang disabilitas yakni tuna rungu wicara. Alvi Rohmawati yang memiliki ketrampilan mejahit, membatik dan di bidang akademik adalah anak dari pasangan Paryono dan Sri Mulyati yang tinggal di Jorong RT5/RW 5 Desa Miricinde, Kecamatan Purwantoro. 

Alvi yang rajin berlatih menari di Sanggar Tari Sahwahita, Selogiri sedang melakukan latihan dalam rangka persiapan festival di Manado. Setelah menjadi wakil Wonogiri di ajang tingkat kabupaten sampai tingkat karesidenan dan selalu menyadang gelar juara pertama pada akhirnya Alvi ditunjuk propinsi Jawa Tengah mewakili di jenjang nasional menjadi wakil Jateng, pekan depan dan menjadi duta Jawa Tengah dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional di Manado. 
Gambar : Logo Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional via http://jip.pdkjateng.go.id/

Pada Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional di Manado nantinya Alvi akan membawakan Tari Senik Alit. Tari Senik Alit merupakan tarian yang menggambarkan anak penjual jamu gendong Wonogiri dengan segala keterbatasannya yang tengah menunggu kepulangan ibunya dari rantau. Meskipun dengan keterbatasannya si anak jamu gendong tersebut mampu menjaga kehormatan keluarga dari segala hal yang buruk.

Kapal Dagang M.S Wonogiri Dalam Kenangan


Kapal Dagang M.S Wonogiri Dalam Kenangan


M.S Wonogiri adalah sebuah Kapal dagang. Pada bulan September tahun 1844 Mr Willem Ruys I. Dzn. dari Rotterdam membuka minatnya untuk membuat sebuah ekspedisi yang dilakukan ke Batavia dengan kapal layar di kapal Rotterdam.

Beberapa waktu kemudian pada bulan Desember 1860 dan setelah pembentukan Willem Ruys dan Sons segera dikirimkan kapal dengan tenaga uap. Sejak 1869 sejak dibukanya terusan Suwz menjadi tonggakera kapal uap. Kapal-kapal uap dari Belanda memulai perjalanan dagangnya ke Hindia Belanda yang diawali oleh Mr Willem Ruys I. Dzn. dari Rotterdam.




Gambar : Lambang STEAMBOAT-Reederij ROTTERDAMSCHE LLOYD via http://www.krlmuseum.nl/


Pertama, pada tahun 1872 yayasan "Rotterdam Lloyd" dan akhirnya di Juni 1883 mulai saat itu Steamship Company "Rotterdam Lloyd" dan berada di Rotterdam untuk berkontribusi dalam penciptaan "layanan penghubung" yang tepat antara belanda dengan koloni-koloninya. Pada awalnya dikelola dengan tujuh kapal yang setiap dua minggu memberi layanan ke Jawa dan Sumatera. 




Foto : Jongos (pelayan) sebagai crew kapal uap ROTTERDAMSCHE LLOYD (1938) via http://www.krlmuseum.nl/

Pertempuran berat Perang Dunia II yang berimbas pada Royal Rotterdam Lloyd. Hingga Royal Rotterdam Lloyd kehilangan akar nya di Indonesia. Pengetahuan dan pengalaman keluarga Ruys dalam mengembangkan bisnisnya melayani Hindia Belanda selam beratus tahun yang telah dibangun tidak dapat digunakan. Pasokan kargo menurun tajam di bawah pengaruh politik Indonesia paska kemerdekaan. Penumpang ke Indonesia segera berhenti sementara arus besar, yang kembali paska kemerdekaan Indonesia sekitar 300.000 orang akhirnya diangkut ke Belanda hingga akhirnya mv Willem Ruys ditarik dari layanan antara Belanda dan Indonesia pada Mei 1958. 



Foto :Warga Belanda dan penduduk pribumi di atas kapal mv Willem Ruys milik Rotterdam Lloyd dalam perjalanan pulang ke Belanda (1955) via http://www.krlmuseum.nl/


"Ruys" kemudian membuat tiga kapal pesiar dan kemudian menyelesaikan dua sailings tambahan di "Europa Kanada Line". Pada tahun yang sama Willem Ruys benar-benar direnovasi dan dibuat menjadi 'layanan keliling dunia ". Pada April 1960 Indonesia mengeluarkan larangan total pengangkutan penumpang dan kargo dari dan ke Indonesia untuk kapal di bawah bendera Belanda. Ketika ms Kertosono pada 6 Agustus 1960 dariTanjung Priok berangkat ke Belanda, yang mengakhiri layanan "Lloyd" yang telah disimpan untuk beberapa lama tahun antara Indonesia dan berbagai belahan dunia.

Pada pada tahun 1953 paska kemerdekaan Indonesia lalu lintas perdagangan dengan menggunakan kapal uap terus berkembang. M.S Wonogiri dibangun pada tahun 1953 di Rotterdam. Diberi nama "Wonogiri" bersama kapal lain sekelasnya yaitu M.S Wonosari untuk menghormati sejarah selama ratusan tahun Rotterdam Lloyd melayani hubungan antara Belanda dengan Hindia Belanda (Indonesia). 

Perjalanan kapal dagang M.S. Wonogiri ini pada tahun 1960 an melayani rute Hong Kong ke Taiwan, dari sana melalui Jepang ke Meksiko . Kemudian di sepanjang pantai barat sepanjang hampir semua port untuk menyeberang kembali ke Singapura atau Hong Kong dari Valparaiso dalam 28 hari.


Gambar : M.S Wonogiri (sillhouette van CEAvan Boeckel) via http://www.nerood.nl/



Name
ms Wonogiri
Year Built
1953
nickname
PIRO
shipping company
Rotterdam Lloyd
  
length oa
143,26 m
Width
20,15 m
Height
12,20 m
Depth
8,24 m
Dwt
10 882
passengers
12
  
Motorcycle
MAN 2 tew, 10 cyl. 8250 pk
Speed
16 miles
  
B at
C.van der Giessen & Zn. Krimpen a / d IJssel
  
to water
1952
completion
1952
  
Eccentric:
 
1952
ms Wonogiri , Kon. Rott. Lloyd.
1970
About 1/7 to KJCPL.
1971
1/11 about to Ruys Transportgroep (Kon Nedlloyd NV) Rotterdam.
1976
28/02 te verkocht Hongkong als " City of Magnificent ", Pacific Interocean Lines (Pte) Ltd. Singapore.
1981
06/12 to Gadani Beach, India for demolition.



Gambar : Data M.S. Wonogiri via http://www.arendnet.com/




Foto : M.S ´´Wonogiri´´ Rotterdamsche Lloyd niet gelopen kaart. via http://www.delcampe.net/




Foto : M.S. Wonogiri [at dock] Photograph by Walter E. Frost.




Foto : M.S. Wonogiri [at hongkong] (1970) via http://www.nerood.nl/




Foto : M.S. Wonogiri [klok] (1970) via http://www.nerood.nl/




Foto : ms Wonogiri - Kombuis. Foto Lloyd Mail. (1955) via http://www.krlmuseum.nl/







Akhir perjalanan kapal dagang M.S Wonogiri setelah 29 tahun keliling dunia berakhir pada tanggal 6 Desember 1981 di Gadani Beach, India untuk dihancurkan.



Kamis, 25 Agustus 2016

WONOGIRI DALAM RENTANG JAMAN (Bagian-2)

WONOGIRI DALAM RENTANG JAMAN 
(Bagian-2)


Daerah yang dituju Raden Mas Said pada masanya adalah Dusun Nglaroh (wilayah Kecamatan Selogiri), dan disana Raden Mas Said menggunakan sebuah batu untuk menyusun strategi melawan ketidakadilan. Batu ini dikemudian hari dikenal sebagai Watu Gilang yang merupakan tempat awal mula perjuangan Raden Mas Said dalam melawan ketidakadilan dan segala bentuk penjajahan. Bersama dengan pengikut setianya, dibentuklah pasukan inti kemudian berkembang menjadi perwira-perwira perang yang mumpuni dengan sebutan Punggowo Baku Kawandoso Joyo. Dukungan dari rakyat Nglaroh kepada perjuangan Raden Mas Said juga sangat tinggi yang disesepuhi oleh Kyai Wiradiwangsa yang diangkat sebagai Patih. Dari situlah awal mula suatu bentuk pemerintahan yang nantinya menjadi cikal bakal Kabupaten Wonogiri.



Foto : Prasasti Nglaroh Lokasi: Kaliancar, Kec. Selogiri via http://satriadhiwijaya.blogspot.co.id/



Foto : PRASASTI WATU GILANG NGLAROH Lokasi: Kaliancar, Kec. Selogiri via http://satriadhiwijaya.blogspot.co.id/

Dalam mengendalikan perjuangannya, Raden Mas Said mengeluarkan semboyan yang sudah menjadi ikrar sehidup semati yang terkenal dengan sumpah “Kawulo Gusti” atau “Pamoring Kawulo Gusti” sebagai pengikat tali batin antara pemimpin dengan rakyatnya, luluh dalam kata dan perbuatan, maju dalam derap yang serasi bagaikan keluarga besar yang sulit dicerai-beraikan musuh. Ikrar tersebut berbunyi “Tiji tibeh, Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh”. Ini adalah konsep kebersamaan antara pimpinan dan rakyat yang dipimpin maupun sesama rakyat.



Foto : Prasasti Nglaroh PRASASTI WATU GILANG NGLAROH Lokasi: Kaliancar, Kec. Selogiri via http://satriadhiwijaya.blogspot.co.id/

Raden Mas Said juga menciptakan suatu konsep manajemen pemerintahan yang dikenal sebagai Tri Darma yaitu :
  1. Mulat Sarira Hangrasa Wani, artinya berani mati dalam pertempuran karena dalam pertempuran hanya ada dua pilihan hidup atau mati. Berani bertindak menghadapi cobaan dan tantangan meski dalam kenyataan berat untuk dilaksanakan. Sebaliknya, disaat menerima anugerah baik berupa harta benda atau anugerah lain, harus diterima dengan cara yang wajar. Hangrasa Wani, mau berbagi bahagia dengan orang lain.
  2. Rumangsa Melu Handarbeni, artinya merasa ikut memiliki daerahnya, tertanam dalam sanubari yang terdalam, sehingga pada akhirnya pada akhirnya akan menimbulkan perasaan rela berjuang dan bekerja untuk daerahnya. Merawat dan melestarikan kekayaan yang terkandung didalamnya.
  3. Wajib Melu Hangrungkebi, artinya dengan merasa ikut memiliki timbul kesadaran untuk berjuang hingga titik darah penghabisan untuk tanah kelahirannya.
Kegigihan Raden Mas Said dalam memerangi musuh-musuhnya sudah tidak diragukan lagi, bahkan hanya dengan prajurit yang jumlahnya sedikit, tidak akan gentar melawan musuh.
Raden Mas Said merupakan panglima perang yang mumpuni, terbukti selama hidupnya sudah melakukan tidak kurang 250 kali pertempuran dengan tidak menderita kekalahan yang berarti. Dari sinilah Raden Mas Said mendapat julukan “Pangeran Sambernyawa” karena dianggap sebagai penebar maut (Penyambar Nyawa) bagi siapa saja musuhnya pada setiap pertempuran.

Pada tahun 1775 M, Kasunanan Surakarta telah jatuh di tangan kolonial Belanda dengan berdirinya Benteng Vasternburg di dekat keraton. Wonogiri juga sedikit banyak berpengaruh dengan keberadaan Penjajahan tersebut. Di bawah perintah Mangkunegara I, Kabupaten Wonogiri selalu giat melawan kolonial Belanda. Raden Mas Said memerintah selama kurang lebih 40 tahun dan wafat pada tanggal 28 Desember 1795. Setelah Raden Mas Said meninggal dunia, kekuasaan trah Mangkunegaran diteruskan oleh putra-putra beliau.

Berkat keuletan dan ketangguhan Raden Mas Said dalam taktik pertempuran dan bergerilya sehingga luas wilayah perjuangannya meluas meliputi Ponorogo, Madiun dan Rembang bahkan sampai daerah Yogyakarta. Pada akhirnya atas bujukan Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said bersedia diajak ke meja perundingan guna mengakhiri pertempuran.

Dalam perundingan yang melibatkan Sunan Paku Buwono III, Sultan Hamengkubuwono I dan pihak Kompeni Belanda, disepakati bahwa Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan dan diangkat sebagai Adipati Miji atau mandiri bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I. 

Penetapan wilayah kekuasaan Raden Mas Said terjadi pada tanggal 17 Maret 1757 melalui sebuah perjanjian di daerah Salatiga. Kedudukannya sebagai Adipati Miji sejajar dengan kedudukan Sunan Paku Buwono III dan Sultan Hamengkubuwono I dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah Keduwang (daerah Wonogiri bagian timur), Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar), Sembuyan (daerah sekitar Wuryantoro dan Baturetno), Matesih, dan Gunung Kidul.

KGPAA Mangkunegoro I membagi wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi 5 (lima) daerah yang masing-masing memiliki ciri khas atau karakteristik yang digunakan sebagai metode dalam menyusun strategi kepemimpinan, yaitu :
  1. Daerah Nglaroh (wilayah Wonogiri bagian utara, sekarang masuk wilayah kecamatan Selogiri). Sifat rakyat daerah ini adalah Bandol Ngrompol yang berarti kuat dari segi rohani dan jasmani, memiliki sifat bergerombol atau berkumpul. Karakteritik ini sangat positif dalam kaitannya untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Rakyat di daerah Nglaroh juga bersifat pemberani, suka berkelahi, membuat keributan akan tetapi jika bisa memanfaatkan potensi rakyat Nglaroh bisa menjadi kekuatan dasar yang kuat untuk perjuangan.
  2. Daerah Sembuyan (wilayah Wonogiri bagian selatan sekarang Baturetno dan Wuryantoro), mempunyai karakter sebagai Kutuk Kalung Kendho yang berarti bersifat penurut, mudah diperintah pimpinan atau mempunyai sifat paternalistik.
  3. Daerah Wiroko (wilayah sepanjang Kali Wiroko atau bagian tenggara Kabupaten Wonogiri sekarang masuk wilayah Kecamatan Tirtomoyo). Masyarakat didaerah ini mempunyai karakter sebagaiKethek Saranggon, mempunyai kemiripan seperti sifat kera yang suka hidup bergerombol, sulit diatur, mudah tersinggung dan kurang memperhatikan tata krama sopan santun. Jika didekati mereka kadang kurang mau menghargai orang lain, tetapi jika dijauhi mereka akan sakit hati.Istilahnya gampang-gampang susah.
  4. Daerah Keduwang (wilayah Wonogiri bagian timur) masyarakatnya mempunyai karakter sebagaiLemah Bang Gineblegan. Sifat ini bagai tanah liat yang bisa padat dan dapat dibentuk jika ditepuk-tepuk. Masyarakat daerah ini suka berfoya-foya, boros dan sulit untuk melaksanakan perintah. Akan tetapi bagi seorang pemimpin yang tahu dan paham karakter sifat dan karakteristik mereka, ibarat mampu menepuk-nepuk layaknya sifat tanah liat, maka mereka akan mudah diarahkan ke hal yang bermanfaat.
  5. Daerah Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar) mempunyai karakter seperti Asu Galak Ora Nyathek. Karakteristik masyarakat disini diibaratkan anjing buas yang suka menggonggong akan tetapi tidak suka menggigit. Sepintas dilihat dari tutur kata dan bahasanya, masyarakat Honggobayan memang kasar dan keras menampakkan sifat sombong dan congkak serta tinggi hati, dan yang terkesan adalah sifat kasar menakutkan. Akan tetapi mereka sebenarnya baik hati, perintah pimpinan akan dikerjakan dengan penuh tanggungjawab.
Dengan memahami karakter daerah-daerah tersebut, Raden Mas Said menerapkan cara yang berbeda dalam memerintah dan mengendalikan rakyat diwilayah kekuasaannya, menggali potensi yang maksimal demi kemajuan dalam membangun wilayah tersebut. Raden Mas Said memerintah selama kurang lebih 40 tahun dan wafat pada tanggal 28 Desember 1795. Setelah Raden Mas Said meninggal dunia, kekuasaan trah Mangkunegaran diteruskan oleh putra-putra beliau. 

Wonogiri kala itu merupakan daerah Kawedanan (onderregent) di bawah Praja Mangkunegaran yang dipimpin oleh seseorang dengan gelar jabatan Wedono Gunung. Pemerintahan masa itu pun masih terbilang sederhana, dengan dua titik berat, yakni reh jero (urusan dalam) dan reh njobo(urusan luar).

Pada Masa Cultuur Stelsel Pada masa tanam paksa, Pemerintah Hidia-Belanda membangun jalur rel kereta api Semarang – Surakarta (110 Km) pada tanggal 10 Februari 1870. Hal ini merupakan salah satu cara agar pengangkutan hasil bumi ke Kota Semarang semakin lancar. Terkait dengan hal tersebut, Wonogiri banyak menyumbangkan hasil buminya kepada kasunanan Surakarta untuk diserahkan kepada Pemerintah Hindia-Belanda. Sementara itu pengangkutan kayu dari Wonogiri menuju Solo masih menggunakan cikar yang ditarik kuda atau sapi. Jalur kereta api (KA) antara Solo-Wonogiri sendiri baru dibangun pada tanggal 1 April 1923 dan kemudian dioperasikan oleh Netherlands Indische Spoorwage (NIS) sebuah perusahaan swasta Pemerintah Hindia Belanda. Panjang jalur 33 kilometer, sebagian darinya melintas di tengah Kota Solo. Kereta api Bengawan Wonogiri atau yang lebih dikenal dengan Kereta Feeder Wonogiri. Kereta ini lebih difungsikan untuk kereta penumpang dengan stasiun yang terletak di Giripurwo, Wonogiri, Wonogiri dan berketinggian +144 m dpl. 

Pada masa kekuasaan KGPAA Mangkunegara VII terjadi peristiwa penting sekitar tahun 1923 M yakni perubahan status daerah Wonogiri yang dahulu hanya berstatus Kawedanan menjadi Kabupaten. Saat itu Wedana Gunung Ngabehi Warso Adiningrat diangkat menjadi Bupati Wonogiri dengan pangkat Tumenggung Warso Adiningrat. Akibat perubahan status ini, wilayah Wonogiri pun dibagi menjadi 5 Kawedanan yaitu Kawedanan Wonogiri, Wuryantoro, Baturetno, Jatisrono dan Purwantoro.

Jabatan Wedono Gunung Wonogiri pertama dijabat oleh Raden Ngabehi Joyosudarso sejak tahun 1847.Kini makam Wedono Gunung pertama ini kita jumpai di Dusun Ambarwangi, Desa Wonoharjo Kecamatan Nguntoronadi.

Kemudian tahun 1875, atas permohonan R.NG. Joyosudarso wilayah Wonogiri dibagi menjadi dua yakni, Kawedanan Gunung Wonogiri dan Kawedanan Gunung Baturetno. Kawedanan Gunung Wonogiri sendiri meliputi wilayah Keduang, Honggobayan dan Nglaroh. Wilayah ini dipegang anak tertuanya yakni R.NG.Djoyosaronto.

Lalu, wilayah Kawedanan Gunung Baturetno tampuk pimpinannya dipegang oleh R.NG. Djoyohandoyo. Wilayahnya meliputi, Wiroko, Sembuyan, Ngawen.

Namun di masa kepemimpinan Raden Mas Ngabehi Tjitrodipuro (1892-1900), dua wilayah tadi digabungkan kembali menjadi Kawedanan Gunung Wonogiri. Hingga 1903 terjadi penghapusan jabatan Panekaring Wedono Gunung, kemudian Tjitrodipuro sendiri dilantik sebagai Bupati Patih di Praja Mangkunegaran dan bergelar Raden Mas Ngabehi Brotodipuro.

Sedang jabatan yang ditinggalkan, diganti oleh Raden Mas Ngabehi Haryokusomo (Eyang dari Ibu Tien Suharto) sampai tahun 1916. Kemudian dijabat oleh Raden Mas Tumenggung Warso Adiningrat.

Tanggal 19 November 1917 merupakan momen penting, dimana didalam tetedakan KGPAA Mangkunegara VII, status Wonogiri diubah menjadi kabupaten. Jabatan bupati Wonogiri pertama didaulat oleh Raden Mas Tumenggung Warso Adiningrat.

Status pemerintahan Wonogiri pun diubah menjadi lima kawedanan, yakni Kawedanan Wonogiri, Wuryantoro, Baturetno, Jatisrono dan Purwantoro. Walau tidak dianut secara resmi, setelah kemerdekaan, sistem pembagian wilayah ini masih dianut.

Pada masa kekuasaan KGPAA Mangkunegara VII terjadi peristiwa penting sekitar tahun 1923 M yakni perubahan status daerah Wonogiri yang dahulu hanya berstatus Kawedanan menjadi Kabupaten. Saat itu Wedana Gunung Ngabehi Warso Adiningrat diangkat menjadi Bupati Wonogiri dengan pangkat Tumenggung Warso Adiningrat. Akibat perubahan status ini, wilayah Wonogiri pun dibagi menjadi 5 Kawedanan yaitu Kawedanan Wonogiri, Wuryantoro, Baturetno, Jatisrono dan Purwantoro.

Masa Politik Etis Untuk kepentingan pendidikan, pada tahun 1927 pemerintah Hindia-Belanda juga mendirikan sekolah di Wonogiri. Sejak pemerintahan Belanda menerapkan politik Etis banyak sekolah mulai didirikan, walaupun sekolah-sekolah tersebut tidak sebanding dengan jumlah anak usia sekolah. Sekolah-sekolah yang didirikan adalah untuk kepentingan kolonial, baik kepentingan dalam bidang politik, ekonomi maupun administrasi. Jadi sama sekali tidak ditujukan untuk kepentingan rakyat Indonesia. Pada awalnya didirikan Sekolah Bumi Putra bagi para priyayi. Sekolah bumiputra Kelas Satu kelak menjadi Holands Inlandse School (HIS). Namun anak keluaran HIS pada umumnya tidak dapat diterima di sekolah yang lebih tinggi tingkatannya dalan hal ini MULO karena kurang kepandaiannya, teutama mengenai Bahasa Belanda.

Pada saat itu di wilayah kekuasaan Mangkunegaran dilakukan penghematan anggaran keraton dengan menghapuskan sebagian wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar sehingga wilayah Mangkunegaran manjadi dua yaitu Kabupaten Mangkunegaran dan Kabupaten Wonogiri. Ini berlangsung sampai tahun 1946. Sebelum masa kemerdekaan, ada empat nama bupati Wonogiri yakni, Kanjeng Raden Mas Tumenggung Warso Adiningrat, Mas Tumenggung Warsodiningrat, Raden Ngabehi Joyowirono dan Kanjeng Raden Tumenggung Harjowiratmo.

Dalam perkembangannya, rakyat Wonogiri pada masa pendudukan Jepang dan tentara sekutu, bersama-sama dengan rakyat Indonesia pada umumnya tidak bisa dilepaskan dari penderitaan dan kekejaman penjajahan. Rakyat Wonogiri bersama dengan rakyat Indonesia tergugah dan bersatu padu melawan segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh bangsa Belanda maupun Jepang. Semangat pemuda Wonogiri yang tidak kenal menyerah dan ulet seakan telah menjadi karakter tersendiri dalam berjuang memperbaiki nasib dan taraf kehidupan.

Sejak Republik Indonesia merdeka, tanggal 17 Agustus 1945 sampai tahun 1946 di wilayah Mangkunegaran terjadi dualisme pemerintahan, yaitu Kabupaten Wonogiri masih dalam wilayah monarki Mangkunegaran dan di lain pihak menginginkan Kabupaten Wonogiri masuk dalam sistem demokrasi Republik Indonesia. Timbulah gerakan Anti Swapraja yang menginginkan Wonogiri keluar dari sistem kerajaan Mangkunegaran. Akhirnya disepakati bahwa Kabupaten Wonogiri tidak menghendaki kembalinya Swapraja Mangkunegaran. Sejak saat itu Kabupaten Wonogiri mempunyai status seperti sekarang, dan masuk sebagai Kabupaten yang berada diwilayah Propinsi Jawa Tengah. 

Sekitar tahun 1948, ada usaha penjajah Belanda ingin berkuasa kembali dengan cara mengirimkan pasukan lengkap dengan persenjataannya, ke wilayah Surakarta selatan untuk menguasai Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri. Menyikapi manuver tentara Belanda itu, sejumlah pejuang TRI berinisiatif memasang tiga buah track bom di ketiga dasar tiang jembatan agar jembatan hancur, agar tentara Belanda tidak dapat melaju ke Wonogiri. Tapi skenario peledakan jembatan tidak berjalan sesuai rencana. Karena hanya satu bom yang terpasang di tengah yang meledak. Dua bom lainnya, di tiang jembatan sisi utara dan selatan, gagal meledak. Jembatan Nguter rusak di bagian tengahnya. Hal ini cukup menghambat laju pernyusupan tentara Belanda ke Wonogiri. Meskipun kemudian, Belanda menempuh cara melintasi Bengawan Solo dengan meniti jembatan kereta api (KA), dan berupaya memperbaiki bagian tengah jembatan Nguter yang rusak oleh ledakan bom. Selesai perbaikan, kemudian dicoba untuk lewat. Tapi dua tank tempur Belanda berserta kelengkapan amunisinya, terjerumus ke dasar sungai Bengawan Solo. Dua tank tempur itu tidak dapat diangkat ke atas karena terbenam lumpur.



Foto : Tentara KNIL sedang melintas di jalur kereta api ketika hendak menuju Wonogiri-Pacitan tahun 1949 via http://www.geheugenvannederland.nl/




Foto :Konvoi tentara KNIL yang sedang beristirahat melintas di wilayah Wonogiri tahun 1949 via http://www.geheugenvannederland.nl/




Foto :Konvoi tentara KNIL yang sedang melintas di wilayah Wonogiri tahun 1949 via http://www.geheugenvannederland.nl/




Foto :Tentara KNIL yang sedang melintas di wilayah Wonogiri tahun 1949 via http://www.geheugenvannederland.nl/



Foto :Konvoi tentara KNIL yang sedang melintas di wilayah Wonogiri tahun 1949 via http://www.geheugenvannederland.nl/



Menurut buku Sejarah Terjadinya Pemerintahan Wonogiri, daerah pertama yang disinggahi Jenderal Sudirman adalah Kecamatan Pracimantoro. Untuk menyembunyikan identitasnya, Jenderal Sudirman menggunakan nama samaran Pak De.



Gambar : Peta Gerilya Jenderal Sudirman yang Melintas di WIlayah Wonogiri


Setelah singgah di Pracimantoro, Jenderal Sudirman bertolak ke arah utara menuju Kecamatan Wonogiri Kota (Sekarang). Namun ketika tiba di Kecamatan Wonogiri, Jenderal Sudirman mendapat kabar bahwa tentara Belanda sudah bergerak sampai jembatan Nguter, Sukoharjo. Untuk menhindari serbuan Belanda, Jenderal Sudirman melanjutkan perjalananya ke arah timur menuju Kabupaten Ponorogo melewati Kecamatan Jatisrono dan Purwantoro.



Foto : Gerliya Jenderal Sudirman via https://en.wikipedia.org/


Jenderal Soedirman dan pasukan melewati daerah membentang antara Yogyakarta, Panggang, Wonosari, Pracimantoro, Wonogiri, Purwantoro, Ponorogo, Sambit, Trenggalek, Bendorejo, Tulungagung, Kediri, Bajulan, Girimarto, Warungbung, Gunungtukul, Trenggalek (lagi), Panggul, Wonokarto dan Sobo (memimpin gerilya selama 3 bulan, 28 hari). Baru kemudian dari Sobo menuju Yogyakarta melewati Baturetno, Gajahmungkur, Pulo, Ponjong, Piyungan, Prambanan dan baru pada tanggal 10 Juli 1949 kembali lagi ke Yogyakarta. Dalam keadaan yang serba kekurangan dan kondisi fisik yang lemah Jenderal Soedirman terus dan terus berjuang tanpa kenal menyerah.



Foto : Jenderal Sudirman pada saat istirahat dalam perjalanan gerilya via https://en.wikipedia.org/


Bila tidak ditandu,Jenderal Soedirman naik dokar, seperti dari Playen ke desa Semanu. Dari Semanu,Jenderal Soedirman ditandu lagi sampai Bedoyo dan sambung lagi dengan dokar yang lengkap dengan kudanya. Bahkan, bila rutenya jalan raya, rombonganJenderal Soedirman memakai mobil, seperti dari Pracimantoro sampai Wonogiri dan Wonogiri menuju Ponorogo. Mobil itu kiriman Staf Divisi Kolonel Gatot Subroto dari Solo. Namun, bila medannya berat dan tidak bisa ditandu atau digendong,Jenderal Soedirman pun jalan kaki, seperti saat menuju markas Gatot Subroto di Gunung Lawu.

Dengan kembalinya Wonogiri menjadi Swapraja Mangkunegaran sejak saat itu Kabupaten Wonogiri mempunyai status seperti sekarang, dan masuk sebagai Kabupaten yang berada diwilayah Propinsi Jawa Tengah. Berikut adalah nama Bupati Wonogiri setelah masa kemerdekaan :
  1. Soetojo Hardjo Reksono (1946-1948)
  2. R. Danupranoto (1948-1950)
  3. R. Agus Miftah Danoekoesoemo (1950-1953)
  4. Yacop Danoeatmojo (1958-1959)
  5. RM Ng. Broto (1960-1966)
  6. R. SAmino (1967-1974)
  7. KRMH. Soemoharmoyo (1974-1979)
  8. Drs. Agoes Soemadi (1979-1980)
  9. R. Soediharto (1980-1985)
  10. Drs. Oemarsono (1985-1995)
  11. Drs. Tjuk Susilo (1995-2000)
  12. H. Begug Poernomosidi (2000-2010)
  13. H. Danar Rahmanto (2010-2016)
  14. Joko Sutopo (2016-2021)